Menyiapkan Bekal Untuk 'Hari Esok'
10.28 | Author: Unknown
Di dalam Alquran Allah SWT berfirman (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dia perbuat untuk hari esok; bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah mengawasi apa saja yang kalian lakukan (TQS al-Hasyr [59]: 18).

Imam Ali ash-Shabuni, di dalam kitab tafsirnya, Shafwah at-Tafasir, saat menafsirkan ayat tersebut menjelaskan antara lain tiga hal penting. Pertama: Bertakwalah kepada Allah, maknanya adalah takut kepada Allah dan merasa khawatir dengan azab-Nya, dengan cara menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Berdasarkan penjelasan Imam ash-Shabuni ini, berarti tak ada gunanya klaim bahwa kita takut kepada Allah dan azab-Nya jika kita tidak melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sebab, iman sendiri, sebagaimana sabda Baginda Nabi SAW bukan sekadar pengakuan di mulut dan pembenaran di kalbu tapi  butuh pembuktian dalam amal perbuatan. 

Kedua: Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dia perbuat untuk hari esok, maknanya adalah: hendaklah setiap orang memperhatikan amal shalih apa yang telah dia perbuat untuk bekal menghadapi Hari Kiamat. 

Apa yang disebut dengan amal shalih? Amal shalih adalah seluruh amal kebajikan yang menurut para ulama harus memenuhi tiga syarat: (1) Dilandasai oleh iman kepada Allah SWT. Dengan demikian, amal apapun yang dalam pandangan manusia dianggap baik (misal: gemar menolong sesama, dermawan, dll) tidak disebut sebagai amal shalih di mata Allah SWT selama pelakunya adalah kafir. Allah SWT menyamakan amal-amal orang kafir ini seperti fatamorgana alias tak berbekas sama sekali. (2) Didasari niat semata-mata ikhlas karena Allah SWT. Cirinya antara lain: tidak riya dan sum'ah (berharap pujian dari manusia) serta beramal dengan amal yang terbaik kualitasnya. Ikhlasnya shalat seseorang, misalnya, selain tidak disisipi sikap riya dan sum'ah,  tampak  dari   kualitas shalatnya: khusyu' dan khudhu'  (tunduk/merendahkan diri) saat shalat, tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, bacaannya tartil, dll. Dakwah yang ikhlas, misalnya, adalah dakwah yang selalu disiapkan dengan optimal dan direncanakan dengan matang; tegas dan lurus dalam penyampaian (qawl[an] sadid[an]/tidak samar dalam menyatakan halal-haram); didasarkan pada hujjah yang haq, dengan tutur kata yang baik, didasarkan rasa cinta (bukan kebencian) kepada yang didakwahi, dll. (3) Sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW yakni tatacara (kayfiyah)-nya sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh beliau,  kecuali dalam hal yang terkait dengan uslub dan wasilah. Semua amal kebajikan—seperti shalat, shaum, zakat, haji, mencari nafkah, bersedekah, menuntut ilmu, berdakwah, melakukan amar makruf nahi munkar, berjual beli, berpolitik, mengurus rumah tangga dan keluarga, mengurus rakyat, dll—bisa dikategorikan sebagai amal shalih jika memenuhi kriteria di atas. Semua amal shalih itu adalah bekal seseorang untuk menghadap Allah SWT pada Hari Akhir nanti.

Ketiga:  Hari Kiamat disebut dengan 'hari esok' karena begitu dekat saat kedatangannya. Berdasarkan penjelasan Imam Ali ash-Shabuni ini, jelas bahwa terjadinya Hari Kiamat sangatlah cepat. Hal ini bisa dipahami karena usia kehidupan manusia di dunia ini sesungguhnya amatlah singkat dibandingkan kehidupannya nanti di akhirat yang abadi. Usia manusia di dunia saat ini rata-rata berkisar 60-70 tahun. Bahkan Rasulullah SAW dan generasi para Sahabat yang hidup lima belas abad yang lalu pun usianya berkisar di angka tersebut. Betapa singkatnya. Bayangkan, mereka yang telah wafat lima belas abad yang lalu itu, rata-rata hidup di dunia ini tidak lebih dari 70 tahun. Artinya, jika dihitung sampai hari ini, masa hidupnya di dunia yang rata-rata 70 tahun itu jauh lebih singkat dibandingkan dengan masa penantiannya yang 'panjang' di alam kuburnya. 

Bandingkan pula rata-rata umur manusia di dunia ini dengan umur benda-benda langit yang konon menurut para ahli diciptakan oleh Allah SWT milyaran tahun yang lalu. Para astronom memperkirakan bahwa di alam raya ini terdapat milyaran galaksi dengan sekitar 1.000 trilyun planet dan bintang. Di antara bintang-bintang itu ada yang berukuran ribuan kali besar matahari, yang jaraknya dari bumi adalah jutaan tahun cahaya. Satu tahun cahaya kira-kira 9.416 milyar km atau sekitar 10.000 tahun! Mustahil jarak tersebut bisa dilampaui manusia yang usianya super pendek itu. 

Lalu bagimana jika usia manusia di dunia yang super singkat itu dibandingkan dengan keabadian kehidupannya di akhirat nanti? Tentu tak ada apa-apanya. Namun demikian, justru kehidupan yang sangat singkat di dunia inilah yang menentukan apakah manusia bahagia (masuk surga) atau sengsara (masuk neraka) di kehidupan akhirat nanti. Akhirat itulah yang Allah SWT sebut dengan 'hari esok'. Sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk menyongsong 'hari esok' yang amat dekat waktunya itu?! Wa ma tawfiqi illa billah. [http://mediaumat.com] abi 
|
This entry was posted on 10.28 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: