3 Golongan Hati Manusia
19.03 | Author: Unknown
1. Hati Yang Sakit (Qolbun Maridh)
    Ciri-ciri orang yang memiliki hati yang sakit, tak ubahnya seperti gelas kusam yang berisikan air keruh. Jangankan sebutir debu  yang mencemarinya, paku payung, jarum, silet atau patahan cutter sekalipun yang masuk, tidak akan terlihat.
    Orang yang menderita Qolbun Maridh akan sulit menilai secara jujur apa pun yang nampak di depannya. Melihat orang yang sukses timbul iri dengki; mendapati kawan memperoleh karunia rezeki, timbul resah dan benci; dihadapkan pada siapa pun yang memiliki kelebihan, hatinya akan berkeinginan untuk menyelediki aib dan kekurangannya. Bila sudah ditemukan, ia akan merasa puas dan gembira. Ibarat menemukan barang berharga, ia kemudian menyebarkan aib dan kekurangan itu kepada siapa saja. Ini semua dilakukan agar kelebihan yang ia temukan pada orang tersebut akan tenggelam. Na’udzubillah.
    Pantaslah kalau Rasulullah Saw pernah bersabda,
“Ingatlah, dalam tubuh manusia ado segumoal daging, bila ia baik maka, akan baiklah seluruh tubuh, akan tetapi bila ia rusak, maka akan rusak pula tubuh itu seluruhnya. Segumpal daging itu adalah qolbu (hati).” (HR. Bukhari Muslim)
    Adapun ciri lainnya dari hati yang sakit adalah, cenderung menyukai makanan rohani yang memberinya mudharat. Sebaliknya, ia enggan cenderung dan menerima santapan rohani yang bermanfaat. Walhasil, hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit.
    Di dalam Qolbun Maridh, terdapat muhabbah; kecintaan kepada Allah dan keimanan, keikhlasan serta tawakal kepada-Nya. Di sisi lain, terdapat rasa cinta terdapat hawa nafsu, ketamakan untuk meraih kesenangan, mementingkan kehidupan di dunia dan lain sebagainya.

2. Hati Yag Mati (Qolbun Mayyit)
    Hati yang mati tak ubahnya seperti jasad yang tidak bernyawa. Kendati dicubit, dipukul bahkan diiris sekalipun, ia tidak akan merasakan apa-apa. Bagi orang yang hatinya sudah mati, saat melakukan perbuatan baik atau buruk, dirasakannya sebagai hal yang biasa-biasa saja; tidak memiliki nilai sama sekali. Bahkan ia akan merasa bangga dengan masa lalunya yang selalu dipenuhi perbuatan buruk; mencuri, berzina, menipu dan sebagainya. Kalaupun ia berbuat kebaikan sekecil apa pun, itu hanya akan membangkitkan rasa bangga diri, rindu pujian serta penuh ujub dan takabur.
Ciri utama pemilik Qolbun Mayyit adalah menolak kebenaran dari Allah Azza wa Jalla dan selalu gemar berlaku dzalim terhadap sesama.
“Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya lalu ia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya kami telah meletakkan tutupan diatas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka. Dan kendatipun kami menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (QS. Al Kahfi [18]:57)
    Dalam surat lain Allah Swt., berfirman:
“Allah telah menutup hati dan pendengaran mereka, dan pada penglihatan mereka ado penutup;  dan bagi mereka azab yang berat.” (QS. Al Baqarah [2]:7)
    Dengan demikian, hati yang mati adalah yang mati tidak mengenal Tuhannya. Hati seperti  ini menurut Dr. Ahmad Faridh dalam bukunya Tazkiyah an Nufus, senantiasa berada dan berjalan bersama hawa nafsunya, walaupun itu dibenci dan dimurkai Allah Azza wa Jall. Ia sama sekali tidak peduli apakah Allah ridha kepadanyaatau tidak. Pendek kata, ia telah berhamba kepada selain Allah. Bila mencintai sesuatu, ia membencinya karena hawa nafsunya dan bila membenci sesuatu, ia membencinya kerena hawa nafsunya. Begitu pula apabila ia menolak atau mencegah sesuatu.

3. Hati Yang Sehat (Qolbun Shahih)
Seseorang yang memiliki hati yang sehat, tak ubahnya dengan memiliki tubuh yang sehat. Ia akan berfungsi optimal. Ia akan mampu memilih dan memilah setiap rencana atas suatu tindakan, sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar-benar sudah melewati perhitungan yang jitu, berdasarkan hati nurani yang bersih.
Diantara ciri orang yang hatinya sehat adalah hidupnya diselimuti muhabbah (kecintaan) dan tawakal kepada Allah. Tidak usah heran manakala mencintai sesuatu, maka cintanya semata-mata kerena Allah. Dengan begitu, ia tidak akan berlebihan mencintai makhluk. Demikian pula bila ia membenci sesuatu maka ia akan membencinya karena Allah semata, sehingga kebenciaannya itu tidak akan membuatnya tergelincir ke dalam perbuatan dosa dan aniaya. Sebaliknya, ini bisa menjadi ladang pahala.
Semakin bersih hati, hidupnya selalu akan  diselimuti rasa syukur. Dikaruniai apa pun, kendati sedikit, ia tidak akan habis-habisnya meyakinibahwa semua yang diterima adalah titipan Allah semata, sehingga amat jauh dari sifat ujub dan takabur. Persis seperti ucapan yang telontar dari lisan Nabi Sulaiman a.s. tatkala dirinya dianugerahi Allah berbagai kelebihan,
“…..ini adalah karunia dari Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau ingkar (nikmat)…..”(QS. An Naml [27]: 40).
Suatu saat Allah menimpakan ujian dan bala. Bagi orang yang hatinya bersih, semua itu tidak kalah terasa nikmatnya. Ujian dan persoalan yang menimpa, justru akan membuatnya kian merasakan indahnya hidup ini. Orang yang mengenal Allah dengan baik-berkat hati yang bersih-akan memiliki keyakinan; ujian adalah salah satu perangkat kasih sayang Allah unutk membuat seseorang semakin matang dan dewasa.
Persoalan yang datang justru akan membuatnya semakin bertambah ilmu, dan lewat “persoalan” itu pula, amalnya akan bertambah. Ia tidak akan merasa resah, kecewa dan berkeluh kesah. Ia menyadari bahwa persoalan merupakan bagian yan harus di nikmati dalam hidup ini. Sikap seperti ini akan meningkatkan derajat sbagai hamba di hadapan Allah. Insya Allah.
Oleh karena itu, seseorang  yang hatinya sehat, ditimpa apapun dalam hidup ini, ia akan tetap teguh bagai air direlung lautan yang dalam; tidak akan terguncang walaupun ombak badai saling menerjang. Ibarat karang yag tegak tegar, dihantam ombak sadahsyat apa pun tidak akan roboh. Tidak ada putus asa, tidak ada keluh kesah berkepanjangan. Yang ada hanya kejernihan dan keindahan hati. Ia mata yakin dengan janji Allah,
“ Allah tiada membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…..”(QS. Al Baqarah [2]: 286).
disadur dari buku "Aku Bisa!" Manajemen Qolbu Untuk Melejitkan Potensi oleh Abdullah Gymnastiar
baca selengkapnya “3 Golongan Hati Manusia”