Tugas Pra UAS Konsep Jaringan Komputer
14.07 | Author: Unknown
Untuk memantapkan materi menghadapi UAS senin 03 Januari 2011, Dosen pembimbing mata kuliah Konsep Jaringan Komputer memberikan tugas yang harus diselasaikan sebelum tanggal ujian. Walaupun sebelumnya 1 minggu yang lalu juga ada tugas yang sama. Tugas tersebut adalah membuat model jaringan dengan menggunakan program paket tracer. Dengan kegagalan di tugas yang pertama, aku bertekad untuk tidak gagal yang kedua kalinya,  dan Alhamdulillah tugas yang kedua ini telah aku selesaikan. Inilah sekilas hasil kerjaku:
baca selengkapnya “Tugas Pra UAS Konsep Jaringan Komputer”
Sebagaimana sudah kita ketahui setiap Ahli Tauhid sebelum berhak mencapai pintu gerbang surga diharuskan melewati ujian berat yaitu menyeberangi jembatan yang membentang di atas Neraka Jahannam. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam melukiskan jembatan itu sebagai lebih tipis dari sehelai rambut dan lebih tajam dari sebilah pedang. Ada mereka yang sukses menyeberanginya, ada yang sukses namun terluka kena sabetan duri-duri dan besi-besi kait yang merobek sebagian anggota tubuhnya sementara ada yang gagal sehingga terjatuh dan terjerembab dengan wajahnya terlebih dahulu masuk ke dalam api menyala-nyala Neraka Jahannam.
وَلِجَهَنَّمَ جِسْرٌ أَدَقُّ مِنْ الشَّعْرِ وَأَحَدُّ مِنْ السَّيْفِ عَلَيْهِ كَلَالِيبُ وَحَسَكٌ يَأْخُذُونَ مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَالنَّاسُ عَلَيْهِ كَالطَّرْفِ وَكَالْبَرْقِ وَكَالرِّيحِ وَكَأَجَاوِيدِ الْخَيْلِ وَالرِّكَابِ وَالْمَلَائِكَةُ يَقُولُونَ رَبِّ سَلِّمْ رَبِّ سَلِّمْ فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ وَمَخْدُوشٌ مُسَلَّمٌ وَمُكَوَّرٌ فِي النَّارِ عَلَى وَجْهِهِ
“Dan Neraka Jahannam itu memiliki jembatan yang lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang. Di atasnya ada besi-besi yang berpengait dan duri-duri yang mengambil siapa saja yang dikehendaki Allah. Dan manusia di atas jembatan itu ada yang (melintas) laksana kedipan mata, ada yang laksana kilat dan ada yang laksana angin, ada yang laksana kuda yang berlari kencang dan ada yang laksana onta berjalan. Dan para malaikat berkata: ”Rabbi sallim. Rabbi sallim.” ( ”Ya Allah, selamatkanlah. Selamatkanlah.”)  Maka ada yang selamat, ada yang tercabik-cabik lalu diselamatkan dan juga ada yang digulung dalam neraka di atas wajahnya.” (HR Ahmad 23649)
Setiap orang yang mengaku beriman sudah barang tentu berharap dirinya masuk ke dalam golongan mereka yang selamat menyeberanginya sehingga berhak masuk Surga dan dijauhkan dari azab api neraka. Namun pertanyaannya ialah bagaimana hal itu bisa tercapai? Apa syarat-syarat agar seorang Mukmin berhak menikmati kesuksesan tersebut? Sebenarnya dalam hadits lain Nabi shollallahu ’alaih wa sallam telah mengisyaratkan sebagian jawabannya.
 إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَدْعُو النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِهِمْ سِتْرًا مِنْهُ عَلَى عِبَادِهِ، وَأَمَّا عِنْدَ الصِّرَاطِ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي كُلَّ مُؤْمِنٍ نُورًا، وَكُلَّ مُؤْمِنَةٍ نُورًا، وَكُلَّ مُنَافِقٍ نُورًا، فَإِذَا اسْتَوَوْا عَلَى الصِّرَاطِ سَلَبَ اللَّهُ نُورَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ، فَقَالَ الْمُنَافِقُونَ انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ وَقَالَ الْمُؤْمِنُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنا فَلا يَذْكُرُ عِنْدَ ذَلِكَ أَحَدٌ أَحَدًا
“Allah akan memanggil umat manusia di akhirat nanti dengan nama-nama mereka ada tirai penghalang dari-Nya. Adapun di atas jembatan Allah memberikan cahaya kepada setiap orang beriman dan orang munafiq. Bila mereka telah berada di tengah jembatan, Allah-pun segera merampas cahaya orang-orang munafiq. Mereka menyeru kepada orang-orang beriman: ”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahaya kamu.” (QS Al-Hadid ayat 13) Dan berdoalah orang-orang beriman: ”Ya Rabb kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami.”(QS At-Tahrim ayat 8)  Ketika itulah setiap orang tidak akan ingat orang lain.” (HR Thabrani 11079)
Di antara solusinya ialah seorang mukmin mesti mengupayakan agar dirinya kelak memiliki cukup cahaya agar mampu menyeberangi kegelapan dan panasnya neraka. Sebab pada saat akan menyeberangi jembatan tersebut setiap orang dibekali Allah cahaya agar mampu melihat jalan yang sedang ditelusurinya di atas jembatan tersebut. Dan bila ia termasuk mukmin sejati cahaya yang diterimanya itu akan setia menemani dan menyinari dirinya sepanjang penyeberangan itu hingga sampai ke ujung menjelang pintu surga. Namun jika ia termasuk orang yang imannya bermasalah lantaran begitu banyak dosanya, apalagi kalau ia termasuk orang munafik, maka di tengah perjalanan menyeberangi jembatan Allah tiba-tiba padamkan cahaya yang menemaninya sehingga ia dibiarkan dalam kegelapan dan akibatnya ia menjadi tersesat dan terjatuh ke dalam api neraka.
Begitu cahaya orang-orang munafik itu mendadak dipadamkan Allah, maka mereka akan berteriak panik dan memohon kepada orang-orang beriman sejati agar dibagi sebagian cahaya yang setia menemani mukmin sejati itu. Sungguh gambaran mengerikan yang dengan jelas diuraikan Allah di dalam ayat-ayat berikut ini:
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آَمَنُوا
انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا
فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ
 الْعَذَابُ يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ قَالُوا بَلَى وَلَكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ
 أَنْفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّى
جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ وَغَرَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنْكُمْ فِدْيَةٌ وَلَا
مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مَأْوَاكُمُ النَّارُ هِيَ مَوْلَاكُمْ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
”Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak, (yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mu'min laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak. Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu". Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)". Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mu'min) seraya berkata: "Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?" Mereka menjawab: "Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu. Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali.” (QS Al-Hadid ayat 11-15)
Lalu apakah amal perbuatan yang akan menyebabkan seorang mukmin memiliki cukup cahaya untuk sukses menyeberangi jembatan itu? Ternyata, di antaranya ialah kesungguhan seorang mukmin untuk bertaubat dari dosa-dosa yang selama ini dia kerjakan. Inilah yang disebut dengan aktifitas Taubatan Nasuhan (Taubat Yang Murni). Taubatan Nasuha inilah yang akan menyebebkan seorang mukmin memperoleh cahaya yang disempurnakan untuk sukses menyeberangi jambatan Neraka. Bukan taubat musiman alias taubat yang tidak menyebabkan seseorang benar-benar meninggalkan perbuatan dosa yang dilakukannya. Perhatikanlah ayat Allah berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan Taubatan Nasuhan (taubat yang semurni-murninya), mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS At-Tahrim ayat 8)
Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, dari Nabi shollallahu ’alaih wa sallam, beliau bersabda: ”Shirath itu setajam pedang dan sangat menggelincirkan.” Beliau melanjutkan: ”Lalu mereka melintas sesuai dengan cahaya yang mereka miliki. Maka di antara mereka ada yang melintas secepat meteor,  ada pula yang melintas secepat kedipan mata, ada pula yang melintas secepat angin, ada pula yang melintas seperti orang berlari, dan ada pula yang berjalan dengan cepat. Mereka melintas sesuai amal perbuatan mereka, hingga tibalah saat orang yang cahayanya ada di jari jempol kedua kakinya melintas, satu tangannya jatuh, dan satu tangannya lagi menggantung, satu kakinya jatuh dan satu kakinya lagi menggantung, kedua sisinya terkena api neraka.”
Kedua, seorang Mukmin akan dijamin memiliki cukup cahaya saat menyeberangi jembatan di atas Neraka jika ia rajin berjalan ke masjid dalam kegelapan untuk menegakkan sholat wajibnya semata ingin meraih keridhaan Allah. Nabi bersabda:
بَشِّرْ الْمَشَّائِينَ فِي الظُّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّورِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan menuju masjid-masjid dalam kegelapan dengan cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.” (HR Ibnu Majah 773)
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam seringkali ketika berjalan menuju ke masjid berdoa dengan doa sebagai berikut:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا وَفِي بَصَرِي نُورًا وَفِي سَمْعِي نُورًا
 وَعَنْ يَمِينِي نُورًا وَعَنْ يَسَارِي نُورًا وَفَوْقِي نُورًا وَتَحْتِ
 نُورًا وَأَمَامِي نُورًا وَخَلْفِي نُورًا وَاجْعَلْ لِي نُورًا
“Ya Allah jadikanlah cahaya dalam hatiku, dalam penglihatanku, dalam pendengaranku, di sebelah kananku, di sebelah kiriku, di sebelah atasku, di sebelah bawahku, di depanku, di belakangku dan jadikanlah aku bercahaya.” (HR Bukhary 5841)
Ketiga, seorang Mukmin akan sukses menyeberangi jembatan neraka bila ia melindungi sesama mukmin dari kejahatan orang Munafik. Dan sebaliknya barangsiapa yang mengucapkan perkataan buruk untuk mencemarkan seorang Muslim, maka Allah akan menghukumnya dalam bentuk ia ditahan di atas jembatan neraka hingga dosa ucapannya menjadi bersih. 
مَنْ حَمَى مُؤْمِنًا مِنْ مُنَافِقٍ أُرَاهُ قَالَ بَعَثَ اللَّهُ مَلَكًا يَحْمِي
 لَحْمَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ وَمَنْ رَمَى مُسْلِمًا بِشَيْءٍ يُرِيدُ
 شَيْنَهُ بِهِ حَبَسَهُ اللَّهُ عَلَى جِسْرِ جَهَنَّمَ حَتَّى يَخْرُجَ مِمَّا قَالَ
“Barangsiapa melindungi seorang Mukmin dari kejahatan orang Munafik, Allah akan mengutus malaikat untuk melindungi daging orang itu –pada hari Kiamat- dari neraka jahannam. Barangsiapa menuduh seorang Muslim dengan tujuan ingin mencemarkannya, maka Allah akan menahannya di atas jembatan neraka jahannam hingga orang itu dibersihkan dari dosa perkataan buruknya.” (HR Abu Dawud 4239)
Saudaraku, sungguh kita semua sangat membutuhkan cahaya yang mencukupi untuk menyeberangi jembatan neraka dengan selamat. Semoga Allah masukkan kita bersama ke dalam golongan Mukmin sejati. Semoga Allah bersihkan hati kita bersama dari penyakit kemunafikan. Sebab kemunafikan akan menyebabkan cahaya seseorang tiba-tiba padam saat menyeberangi jembatan neraka sehingga ia menjadi  tergelincir lalu jatuh ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Na’udzubillahi min dzalika...!
اَللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوبَنَا مِنَ النِّفَاق وَ اَعْمَالَنَا مِنَ الرِّيَاء وَ أَلْسِنَتَنَا مِنَ الْكَذِب وَ أَعْيُنَنَا مِنَ الخِْيَانَة إِنَّكَ تَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُن وَ مَا تُخْفِ الصُّدُور
Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari kemunafikan, dan ‘amal perbuatan kami dari riya dan lisan kami dari dusta serta pandangan mata kami dari khianat. Sesungguhnya Engkau Maha Tahu khianat pandangan mata dan apa yang disembunyikan hati.
baca selengkapnya “Amal Perbuatan Yang Memudahkan Seorang Mukmin Menyeberangi Jembatan Neraka”
Adab Menuntut Ilmu
17.50 | Author: Unknown
Menuntut ilmu adalah satu keharusan bagi kita kaum muslimin. Banyak sekali dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu, para penuntut ilmu dan yang mengajarkannya.
Adab-adab dalam menuntut ilmu yang harus kita ketahui agar ilmu yang kita tuntut berfaidah bagi kita dan orang yang ada di sekitar kita sangatlah banyak. Adab-adab tersebut di antaranya adalah:
1. Ikhlas karena Allah.
Hendaknya niat kita dalam menuntut ilmu adalah kerena Allah I dan untuk negeri akhirat. Apabila seseorang menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan gelar agar bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi atau ingin menjadi orang yang terpandang atau niat yang sejenisnya, maka Rasulullah telah memberi peringatan tentang hal ini dalam sabdanya"Barangsiapa yang menuntut ilmu yang pelajari hanya karena Allah I sedang ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan mata-benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau sorga pada hari kiamat".( HR: Ahmad, Abu,Daud dan Ibnu Majah)
Tetapi kalau ada orang yang mengatakan bahwa saya ingin mendapatkan syahadah (MA atau Doktor, misalnya ) bukan karena ingin mendapatkan dunia, tetapi karena sudah menjadi peraturan yang tidak tertulis kalau seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, segala ucapannya menjadi lebih didengarkan orang dalam menyampaikan ilmu atau dalam mengajar. Niat ini - insya Allah - termasuk niat yang benar.
2. Untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain.
Semua manusia pada mulanya adalah bodoh. Kita berniat untuk meng-hilangkan kebodohan dari diri kita, setelah kita menjadi orang yang memiliki ilmu kita harus mengajarkannya kepada orang lain untuk menghilang kebodohan dari diri mereka, dan tentu saja mengajarkan kepada orang lain itu dengan berbagai cara agar orang lain dapat mengambil faidah dari ilmu kita.
Apakah disyaratkan untuk memberi mamfaat pada orang lain itu kita duduk dimasjid dan mengadakan satu pengajian ataukah kita memberi mamfa'at pada orang lain dengan ilmu itu pada setiap saat? Jawaban yang benar adalah yang kedua; karena Rasulullah e bersabda "Sampaikanlah dariku walupun cuma satu ayat (HR: Bukhari)
Imam Ahmad berkata: Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila niatnya benar. Para muridnya bertanya: Bagaimanakah yang demikian itu? Beliau menjawab: ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.
3. Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at.
Sudah menjadi keharusan bagi para penuntut ilmu berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at. Karena kedudukan syari'at sama dengan pedang kalau tidak ada seseorang yang menggunakannya ia tidak berarti apa-apa. Penuntut ilmu harus membela agamanya dari hal-hal yang menyimpang dari agama (bid'ah), sebagaimana tuntunan yang diajarkan Rasulullah e. Hal ini tidak ada yang bisa melakukannya kecuali orang yang memiliki ilmu yang benar, sesuai petunjuk Al-Qor'an dan As-Sunnah.
4. Lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat.
Apabila ada perbedaan pendapat, hendaknya penuntut ilmu menerima perbedaan itu dengan lapang dada selama perbedaan itu pada persoalaan ijtihad, bukan persoalaan aqidah, karena persoalaan aqidah adalah masalah yang tidak ada perbedaan pendapat di kalangan salaf. Berbeda dalam masalah ijtihad, perbedaan pendapat telah ada sejak zaman shahabat, bahkan pada masa Rasulullah e masih hidup. Karena itu jangan sampai kita menghina atau menjelekkan orang lain yang kebetulan berbeda pandapat dengan kita.
5. Mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.
Termasuk adab yang tepenting bagi para penuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, karena amal adalah buah dari ilmu, baik itu aqidah, ibadah, akhlak maupun muamalah. Karena orang yang telah memiliki ilmu adalah seperti orang memiliki senjata. Ilmu atau senjata (pedang) tidak akan ada gunanya kecuali diamalkan (digunakan).
6. Menghormati para ulama dan memuliakan mereka.
Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama. Jangan sampai ia mengumpat atau mencela ulama yang kebetulan keliru di dalam memutuskan suatu masalah. Mengumpat orang biasa saja sudah termasuk dosa besar apalagi kalau orang itu adalah seorang ulama.
7. Mencari kebenaran dan sabar
Termasuk adab yang paling penting bagi kita sebagai seorang penuntut ilmu adalah mencari kebenaran dari ilmu yang telah didapatkan. Mencari kebenaran dari berita berita yang sampai kepada kita yang menjadi sumber hukum. Ketika sampai kepada kita sebuah hadits misalnya, kita harus meneliti lebih dahulu tentang keshahihan hadits tersebut. Kalau sudah kita temukan bukti bahwa hadits itu adalah shahih, kita berusaha lagi mencari makna (pengertian ) dari hadits tersebut. Dalam mencari kebenaran ini kita harus sabar, jangan tergesa-gasa, jangan cepat merasa bosan atau keluh kesah. Jangan sampai kita mempelajari satu pelajaran setengah-setengah, belajar satu kitab sebentar lalu ganti lagi dengan kitab yang lain. Kalau seperti itu kita tidak akan mendapatkan apa dari yang kita tuntut.
Di samping itu, mencari kebenaran dalam ilmu sangat penting karena sesungguhnya pembawa berita terkadang punya maksud yang tidak benar, atau barangkali dia tidak bermaksud jahat namun dia keliru dalam memahami sebuah dalil.Wallahu 'Alam.
Dikutip dari " Kitabul ilmi" Syaikh Muhammad bin Shalih Al'Utsaimin
baca selengkapnya “Adab Menuntut Ilmu”
Menyikapi Potensi Waktu
17.46 | Author: Unknown
Waktu demi waktu yang sudah kita jalani, jika mau jujur, setiap desah napas adalah satu langkah menuju kubur. Perayaan ulang tahun, sebenarnya adalah perayaan berkurangnya jatah umur kita. Alangkah ruginya jika kita menjalani sesuatu yang begitu berharga lalu sia-siakan. Begitu pentingnya masalah waktu, sampai ada yang mengatakan, “jika engkau ingin tahu menusia yang paling bodoh, lihatlah orang yang diberi modal tetapi ia hamburkan sia-sia.”
Tidak bisa kita pungkiri bahwa satu-satunya yang tidak bisa dihentikan adalah waktu. Setiap orang punya jatah yang sama, 24 jam: orang yang sukses dengan yang gagal, begitupun calon ahli surga dan calon ahli neraka. Yang jadi soal adalah, bagaimana mengelola waktu agar menjadi manfaat di dunia dan akhirat?
Karena itula Allah Swt meletakkan waktu sebagai nilai yang menentukan timbangan kerugian dan keuntungan manusia dalam hidupnya. Seperti yang tercantum dalam surat Al ‘Ashr ayat 1-3:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasehati dalm menaati dan nasehat menasehati dalm menetapi kesabaran.”
Surat Al ‘Ashr di atas memang laksana laut tak bertepi. Setiap kali kita men-tadabburi-nya, setiap itu pula kita menemukan makna-makna baru yang menuntut kesadaran yang lebih intens dalam soal waktu.
Paling tidak, dari surat tersebut kita yakin, setiap manusia hanya akan menghabiskan dalam kerugian, kecuali mereka yang memiliki kemampuan memanfaatkan waktu untuk empat perkara.

Pertama, orang yang pasti beruntung adalah orang yang setiap hati bertambah kekuatan iman dan keyakinannya terhadap kebenaran. Jadi, kalau orang bertambah usia untuk siapa, tidak ada manfaatnya. Seseorang yang tidak mengerti agama, tidak mengerti iman, maka hidupnya benar-benar akan sia-sia. Hidupnya hampa karena perbuatannya tidak dilandasi niat ibadah karena Allah.
Meskipun orang tersebut punya harta, gelar, pangkat, jabatan dan punya segala-galanya, tetapi tidak punya iman, dia termasuk orang yang merugi. Bobot pahala tidak dihitung darii semua itu. Betapa kasihan, sibuk luar biasa di dunia dan ketika mati hanya jadi bangkai, lalu hanya dosa-dosanya saja yang akan dihitung. Naudzubillahi mindzalik.
Lantas bagaimana agar iman manjadi kuat? Pupuk penguat iman adalah ilmu. Jika kita tdak pernah mencari ilmu, maka sama saja dengan menanam pohon tanpa memupukknya. Lambat laun pohon itu akan layu, menguning, kering dan mati.

Kedua, cirri orang yang beruntung adalah mereka yang dapat memanfaatkan setiap waktunya menjadi amal shaleh.
Kita tidak perlu dipusingkan dengan apa yang akan kita dapat, karena pahala dan balasan dari setiap amal tidak akan tertukar tidak ada yang salah dari karunia dan balasan Allah. Yang harus kita pikirkan setiap waktu adalah bagaimana agar setiap detik waktu kita bisa jadi amal kebaikan?
Oleh karena itu, jangan panik dengan apa pun yan belum terjadi, jika kita isi setiap waktu dengan terus beramal. Bila kita sensitif ketika melihat ladang amal, insya Allah kita beruntung. Jangan berharap ini itu dari setiap amal yang kita perbuat. Dengan sendirinya, amal-amal itu akan mengundang keberkahan bagi diri kita sendiri.

Ketiga, orang yang mendakwahkan kebenaran. Orang akan beruntung kalau dia menjadi contoh kebaikan. Orang yang meniru kebaikan kita, akan menerima pahala yang juga mengalir untuk kita.
Semua manusia pasti mati. Salah satu warisan yang dapat kita tinggalkan adalah nama baik. Sedangkan nama baik hanya ada kalua hidup kita menjadi contoh kebaikan. Jangan sampai ketika kita mati, yang diceritakan orang lain tentang kita adalah kidah buram tentang si koruptor, si maling uang rakyat, si sombong, si serakah, dan semacamnya. Na’udzubillah.
Nabi Muhammad Saw merupakan contoh kebaikan. Sejak ribuan tahun yang lalu hingga detik ini, bahkan menjangkau hingga ribuan kilometer, hanya kebaikan-kebaikannnya yang banyak disebut orang. Subhanallah. Salah satu sebabnya adalah karena Rasulullah adalah orang yang sangat terpelihara dari kesia-siaan. Sekecil apapun perbuatannya, Rasulullah terbebas dari kesia-siaan. Rasulullah Saw adalah pribadi efektif yang penuh makna.
Maka, kalau kita ingin termasuk orang-orang yang beruntung, usahakan agar setiap waktu dapat membuat diri kita bagaikan cahaya matahari; menerangi orang-orang yang berada dalam kegelapan, menumbuhkan bibit-bibit kebaikan, menyegarkan batang-batang yang layu.
Oleh karena itu, tempalah diri kita sedemikian rupa agar selalu menjadi jalan kebaikan bagi sebanyak mungkin hamba Allah. Tidak peduli agama apa pun, karena kita tercipta unutk menjadi rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam, termasuk hewan dan tumbuhan. Insya Allah.

Keempat, orang yang yakin bahwa setiap waktu yang dia jalani  akan banyak menghadapi cobaan-cobaan, akan memiliki kesabaran dalam menegakkan kebenaran. Mereka inilah yang beruntung.
Jika tadak sabar, kita akan goyah, rontok, tidak menjadi contoh dan akhirnya kita tidak memperoleh apa pun di akhirat kelak. Kekuatan pribadi untuk saling menasehati dalam kebenaran adalah bagian dari keberuntungan kita semua. Tanpa kesabaran, mustahil kita akan mengenal Allah dengan baik. Akibatnya kita akan dilanda nestapa. Na’udzubillah.
Semua yang gagah akan mati, semua yang punya jabatan, gelar kekayaa, atau kedudukan, juga akan mati. Masalanya, apakah kematian itu khusnul khatimah (baik di akhirnya) atau su’ul khatimah (jelek di akhirnya)? Semua itu pada akhirnya bergantung dari cara kita mengisi waktu demi waktu dalam hidup ini.
Waktu 24 jam sehari tidak bisa kita tambah. Sekalipun kita beli jam tangan yang 36 jam (kalaupun ada), pasti tidak laku, karena waktu akan berjalan apa adanya. Kita tidak bisa menghentikannya.
Idealnya, setiap waktu sudah ada jadwal kebaikan sendiri-sendiri. Yang kerap membuat rusak urusan kita adalah, karena kita salah mengisinya. Untuk mengatur waktu, yang paling penting adalah membuat peta dari apa yang akan kita lakukan.
Contoh yang wajib ditunaikan adalah hak Allah (shalat), hak istirahat, dan hak makan. Selanjutnya yang sunnah sebut saja olahraga. Hal yang mubah, misal rekreasi atau menontn tv (tentu yang acaranya bermanfaat). Kalau acaranya buruk, tentu kita lebih tahu bagaimana menyikapinya.
Marilah kita jadikan setiap detik begitu berarti hingga menjadi sarana untuk memacu penigkatan kwalitas dan pemahaman kita terhadap kebenara. Dengan begitu, insya Allah keimanan kita semakin menebal, amal kita semakin produktif, kwalitas akhlak meningkat dan kesabaran kita menjadi teladan dalam menetapi kebenaran ini.
Tidak hanya itu, usia pun insya Allah akan menjadi sangat berarti. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “ Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umurnya dan baik amalannya. Dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi umur yang panjang dan jelek amalannya.” (HR. Ahmad).
MQ “Aku Bisa” Manajemen Qolbu Untuk Melejitkan Potensi oleh Abdullah Gymnastiar
baca selengkapnya “Menyikapi Potensi Waktu”
Orang Yang Di Do'akan Malaikat
18.36 | Author: Unknown
Insya Allah berikut inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga Malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci". (Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan
mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)
3. Orang - orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan"
(Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
4. Orang - orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa
ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu". (Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat ( berdoa ) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia
melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah.
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang
ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang - orang yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya
berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa ) kepada orang - orang yang sedang makan sahur" Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa "sunnah" (Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat
kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar,"Sanadnya shahih")
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
baca selengkapnya “Orang Yang Di Do'akan Malaikat”
Nasehat Luqman Al Hakim Kepada Putranya
18.26 | Author: Unknown
Segala puji bagi Allah SWT, sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, shahabat, keluarga serta orang-orang yang masih berittiba' (mengikuti) kepada beliau sampai hari kiamat.
Al Qur'an adalah sumber hukum dan ilmu pengetahuan yang tak pernah kering untuk ditimba, penuh dengan pelajaran, di dalamnya terdapat hikmah dan teladan. Salah satu isi pokok dari Al Qur'an adalah kisah perjalanan kehidupan para nabi dan rasul serta orang-orang saleh dari umat-umat sebelum nabi Muhammad SAW. Hikmah diceritakannya sirah manusia-manusia pilihan itu tidak lain karena besarnya manfaat dari keteladanan iman, sifat dan akhlaq mereka. Maka disini akan saya angkat sebuah kisah Luqman Al Hakim yang penuh dengan hikmah bagi kita semua.
1. Tidak menyekutukan Allah.
Sebesar-besar kedzaliman dan kemungkaran adalah menyekutukan Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(Q.S. Luqman:13)
Allah SWT tidak akan mengampuni dosa syirik, kecuali ia bertobat dan meninggalkan perbuatannya. Sesungguhnya hanya Allah sajalah yang berhak untuk
disembah (Allahu mustahiqqul 'ibaadah). Dia lah yang berhaq di mintai pertolongan. Hanya kepada-Nyalah segala urusan diserahkan, takut (khouf), berharap (raja') hanya layak ditujukan kepada Allah swt, bukan kepada yang lainnya
2. Berbuat baik kepada kedua orang tua.
Firman Allah SWT.
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."( QS.Luqman: 14)
Di dalam riwayat Bukhari, Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat:
"Amalan apakah yang dicintai oleh Allah ?Beliau menjawab: Shalat pada waktunya, ia bertanya lagi: Kemudian Apa ?, Beliau menjawab: berbuat baik kepada orang tua, .Ia bertanya lagi: kemudian apa?, Belau menjawab: Jihad di jalan Allah" (shahih Bukhari V/2227, hadits No.5625)
3. Ketaatan kepada kedua orang tua harus dilandasi oleh ketaatan kepada Allah
Karena tidak boleh taat kepada keduanya dalam rangka berbuat maksiat kepada Allah, lebih-lebih menyekutukan Allah ( syirik ). Allah berfirman
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik"(QS. Luqman: 14).
4. Mengikuti jalan orang-orang yang kembali kepada Allah SWT
Firman Allah SWT
Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS. Luqman: 15)
Disini Luqman memberikan sebuah nasehat kepada anaknya agar ia mengikuti jejak orang-orang yang kembali kepada Allah SWT yaitu para nabi dan rasul serta orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, yang selalu bertaubat kepada Allah SWT, yang telah diberi Allah SWT hidayah, yaitu tetap dalam agama yang hanif yakni Islam.
5. Allah akan membalas semua perbuatan manusia.
Firman Allah swt :
(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.(Q.S: 16)
"Maka Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula". (QS. Al Zalzalah: 7-8).
6. Menegakkan sholat.
Shalat adalah tiang agama, sehingga ia tidak akan tegak tanpa shalat. Maka sebagai seorang yang beriman kita diwajibkan menegakkannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Luqman ayat 17 yang berbunyi :
"Hai anakku, dirikanlah shalat …"
Shalat dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana firman Allah SWT.
…"Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar." (QS. Al 'Ankabuut: 45)
7. Amar Ma'ruf nahi Munkar.
Ada dua komponen penting dalam Islam yang memberikan sebuah dorongan yang kuat kepada setiap muslim untuk mendakwahkan agama yang dianutnya, yaitu Amar ma'ruf nahi mungkar (memerintahkan berbuat kebajikan dan mencegah yang mungkar). Perintah untuk beramar ma'ruf nahi mungkar sangat banyak di dalam Al Qur'an seperti :
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung".(QS. Ali Imran:104).
8. Bersabar terhadap apa yang menimpa kita.
Sesungguhnya segala cobaan yang menimpa seorang muslim itu adalah merupakan sesuatu yang mesti terjadi karena itulah bentuk ujian (ikhtibar) dari Allah SWT, apakah ia sabar atau tidak ?, firman Allah SWT.
"Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)."(QS. Luqman:17)
9. Tidak menyombongkan diri
Sifat takabur atau merasa besar dihadapan manusia adalah sifat yang dibenci oleh Allah SWT.
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri."
10. Bersikap pertengahan dalam segala hal dan berakhlaq yang baik
Islam tidak menghendaki sikap Ghuluw (berlebih-lebihan) juga tidak menginginkan untuk bersikap tahawun (meremehkan) dalam segala hal termasuk juga dalam perkara-perkara yang menurut penilaian sebagian orang dianggap kecil seperti sikap berjalan, berbicara dsb. Allah SWT mengatur itu semua sebagaimana firmanNya:
"Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."
Manusia akan mempunyai nilai jika menampakkan akhlaq yang baik, karena tujun diutusnya Rasulullah SAW selain untuk menyeru kepada Allah ( Ad-dakwah ilallah) adalah untuk menyempurnakan Akhlaq dan budi pekerti.
Sumber : Tafsir Ibnu Katsir
baca selengkapnya “Nasehat Luqman Al Hakim Kepada Putranya”
Belajar Dari Perampok
18.18 | Author: Unknown
Pemikir ulung islam Imam Ghazali memiliki perjalanan hidup yang sangat spektakuler. Dalam usianya yang masih relative muda sudah hafal al – qur’an. Usia 34 tahun al ghazali sudah diangkat sebagai rector di Universitas bagdad Nizmailah. Beliau dikenal sangat haus kepada ilmu, dan lebih – lebih lagi kepada nilai – nilai hakiki dari kebenaran. Tidak kurang 300 judul buku telah ditulisnya.

Ada cerita menarik yang mendorong kemajuan pendidikan Ghazali. Suatu ketika, dalam perjalanan pulang ke tempat tinggalnya, dia dicegat perampok. Mereka merampas tas berisi catatan kuliahnya dengan cara kasar. Pencoleng itu menyangka ada sesuatu yang berharga di dalam tas.

Dengan penuh harap Ghazali memohon tas itu dikembalikan. Sungguh gila! Mereka malah mentertawakannya. Permintaaan yang serius Ghazali dianggap sebagai lelucon. “seorang yang bodoh, belajar hanya tergantung pada lembaran kertas!” ejek salah seorang diantaranya.

Bagai disambar petir siang bolong, Ghazali tersentak dengan bentakan perampok itu. Bagaimana mungkin ia yang sudah tekun mencatat berbagai ilmu dari guru – gurunya dibilang bodah! Namun beberapa saat stelah menenagkan diri, ia menyadari ucapan permapok itu. Maka, sejak itu Ghazali menghafal semua catatan kuliah selama tiga tahu. Ia tidak lagi menggantungkan ingatannya pada lembaran – lembaran kertas itu lagi.
Sebagian besar orang besar, konon, memanfaatkan waktunya dengan kegiatan dan kerja keras. Bahkan untuk kemajuannya, mereka harua berhadapan dengan ketegangan yang memunca. Babak – babak kehidupannya dibuat sedemikian menggairahkan. Kadang dikepung oleh ketegangan yang mengerucut. Puncak, ketegangannya samapi mengancam tiga pe empat nyawanya. Hampir – hampir nyawa itu menjadi tompel dan lepas.

Tidak usah diartikan ‘tompelnya’ nyawa itu sebagai lepasnya ‘anak’ nyawa dari induknya. Sebab, tidak ada nyawa cadangan Dibenamkan Tuhan di Laut Merah, masih memiliki dua nyawa cadangan yang lain ; pada keturunan, dan pada jasadnya yang kaku. Ini sama persisi dilakukan oleh kelompok pengabdi berhala kekuasaan yang lain, symbol – symbolnya diwariskan turun temurun dari zaman ke zaman. Semacam nostalgia masa lalulah. Agar kemasyurannya tetap laggeng dan kita memang mengenalnya karena jejak –jejaknya. Tapi adakah karena nyawa serepnya itu? Sebuah langjah keblinger namanya.
Hanya sebuah tamsil. Betapa sebuah keberhasilan harus ditempuh dengan langkah – langkah yang menuntut perjuangan dan pengorbana. Adapaun bentuk dan nama keberhasilan yang diinginkan itu.
Untuk itu sebuah keberhasilan, tidak ada salahnya mendisiplinkan diri. Misalnya :
  • Iringi langkah pertama cita – cita atau gagasan dengan bismirabbik (menyebut nama Allah SWT/ menyandarkan pada kehendak-Nya,), agar keberjasilan tidak menjadi berhala.
  • Tanda tanganilah semacam ‘surat hutang diri’. Susunlah misalnya surat, dimana Anda berjanji, bahwa pada hari anu jam anu akan melakukan kegitan (amaliyah) anu. Jangan menunda sebuah langkah yang mendorong tercapainya kemaslahatan untuk dunia maupun akhirat.
  • Kalau Anda melakuakan hal ini, - dan ini adalah sugesti internal- berarti Anda menekan kemauan lebih keras. Anda semangat ‘bertempur’ dari dalam.
Itulah pulalah yang dilakukan orang – orang besar dan barangkali juga Ghazali, seusai dicegat permapok kesiangan diatas. Siapa hendak mencoba?

Tentu saja tidak hendak menjadi diri sebagai Ghazali atau orang – orang terkenal siapapun, dimanapun. Kita hanya ingin menjadi diri kita sendiri dengan segala citra kedirian yang mendapat ridha Allah. Cukuplah itu.
baca selengkapnya “Belajar Dari Perampok”
Memilih Sahabat
16.46 | Author: Unknown
     Suatu hari , Rasulullah kedatangan seseorang yang menanyakan tentang sahabat yang baik. Beliau SAW menjawab : “ Sebaik – baiknya di antara kamu adalah dia yang mengingatkan kamu kepada Allah,ucapannya menambah ilmumu dan perbuatannya mendorongmu beramal untuk akhirat ” (HR. Al-Hakim, Tirmidzi dari Ibnu Amru bin Ash).
Memilih sahabat, merupakan pekerjaan yang gampang – gampang susah. Gampang, bila peruntukannya pada hal yang melalaikan , bersifat gebyar, hura – hura dan kecenderungan pada jalan kefasikan. Namun akan terasa sulit, bila memilih mereka yang dapat menuntun kepada jalan kebenaran dan keimanan. Sampai – sampai secara khusus Rasulullah SAW mengingatkan :
    “Kepribadian seseorang seiring dengan karakter kawan akrabnya. Oleh karena itu berhati – hatilah dalam memilih sahabat. “ (HR. Ahmad).
Bijaklah memilih sahabat dengan mengambail mereka yang berketeria antara lain sebagia berikut :
1.    memilih yang berakal
2.    carai yang memiliki akhlak yang baik.
3.    mencarai sahabat yang menyukai kebenaran.
4.    menjauhi orang yang selalu berbuat kefasikan.
5.    jauhi yang cinta dunia.
6.    hindari yang suka berbuat dusta.
7.    jauhi mereka yang berperilaku buruk.
baca selengkapnya “Memilih Sahabat”
Strategi Syetan Menjerumuskan Manusia
16.21 | Author: Unknown
Sebelum kita mengetahui strategi syetan menjerumuskan manusia, ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui Visi dan Misi syetan. Visi syetan adalah memperbudak manusia dan berusaha menjadikan manusia sebagai  teman sejatinya di neraka, sedangkan Misinya adalah mengkondisikan agar lupa kepada Allah Subhanahu wata’al. Adapun strategi syetan untuk mewujudkan visi dan misinya adalah :

1. Waswasah
    Waswasah artinya membisikkan keraguan pada menusia ketika melakukan kebaikan atau amal sholeh. Saat kumandang azan subuh dan tubuh kita masih dililit selimut, terbesit dalam pikiran kita, “ Nanti lima menit lagi “. Ini adalah waswasah. Kenyataannya bukan lima menit tapi satu jam , akhirnya Sholat Shubuh terlambat bahkan tidak sholat.

2. Tazyin
Tazyin artinya membungkus kemaksiatan dengan kenikmatan. Segala yang berbau maksiat biasanya terlihat indah, misalnya, mengapa orang yang berpacaran lebih mesra daripada suami – istri? Jalan – jalan saat pacaran lebih mengesankan daripada setelah menikah. Ini karena ada unsur tazyin. Pacaran itu maksiat, sementara nikah itu ibadah. Maksiat disulap oleh syetan sehingga terasa lebih indah, nikmat dan mengesankan. Inilah yang disebut strategi tazyin.

3. Tamanni
Tamanni artinya memperdaya manusia dengan khayalan dan angan – angan. Pernahkan terbersit niat akan Shalat Tahajjud saat merebahkan badan di tempat tidur? Namun pada jam tiga saat weker berbunyi, kita cepat – cepat mematikannya lalu meneruskan tidur. Pernahkah kita ingin bertobat? Namun  pada saat maksiat ada di depan mata, kita tetap saja melakukannya. Ironisnya ini berlangsung berkali – kali. Inilah yang disebut strategi tamanni.

4. A’dawah
A’dawah artinya berusaha menanamkan permusuhan. Syetan berikhtiar menumbuhkan permusuhan di antara manusia, syetan biasanya menumbuhkan prasangka buruk. Karena itu waspadai kalau kita berpasangka buruk pada orang lain, sesungguhnya kita telah terperangkap strategi syetan.

5. Takwif
Takwif artinya manakut – nakuti. Pernahkah marasa takut miskin karena menginfakkan sebagian harta, takut disebut sok alim karena datang ke majelis taklim? Kalau kita pernah merasakannya, inilah strategi takwif.

6. Shaddun
Shaddun artinya berusaha mengalang – halangi  manusia menjalankan perintah Allah dengan menggunakan berbagai hambatan. Pernahkah anda merasa malas saat mau melakukan sholat, atau mengantuk saat membaca Al – Qur’an meskipun sudah cukup tidur? Ini gejala shddun dari syetan.

7. Wa’dun
Wa’dun artinya janji palsu. Syetan berusaha ,membujuk manusia agar mau mengikutinya dengan memberikan janji – janji yang mengiurkan . Akhirnya manusia mempercayainya. Misalnya, banyak kasus seorang wanita menyerahkan dirinya pada sang pacar karena dijanjikan akan dinikahi, namun setelah hamil sang pacar meninggalkannya begitu saja. Dia tidak mau bertanggung jawab. Inilah contoh wa’dun atau janji palsu syetan.

8. Kaidun
Kaidun artinya tipu daya. Syetan berusaha sekuat tenaga mamasang sejumlah perankap agar manusia terjebak. Pernahkah saat diberi tugas, kita berpikir nanti saja mengerjakannya karena waktu masih lama? Ternyata setelah dekat waktunya, kita mengejakannya asal – asalan dan tergesa – gesa sehingga hasilnya tidak optimal atau ada kemungkinan pada wakrtu yang ditentukan tidak selesai. Strategi ini disebut kaidun.

9.Nisyan
Nisyan artinya lupa. Sesungguhnya lupa itu adalah hal yang manusiawi. Lupa memang sesuatu hal yang manusiawi, tetapi syetan berusaha agar manusia menjadikan lupa sebagai alasan untuk lupa menunaikan janji? Lupa sholat? Kalau sesekali itu bisa disebut manusiawi , tetapi kalau sering dilakukan berarti terjebak strategi syetan.
Demikian ringkasan tentang strategi syetan. Semoga kita dapat mencermati dan berusaha agar tidak terjebak strategi syetan laknatullah.
(tbs_mjlHIJRAH3th12008)
baca selengkapnya “Strategi Syetan Menjerumuskan Manusia”
Menutup Pintu Saat Menjelang Malam
16.04 | Author: Unknown
Hadist shohih tentang perintah menutup rumah ketika waktu maghrib, seperti sabda Rasulullah berikut:
"Apabila datang malam hari, atau menjelang malam maka tahanlah anak-anakmu karena setan bertebaran pada saat itu lalu jika telah berlalu sesaat dari malam itu boleh kamu lepas mereka. Tutuplah pintu-pintu dan bacalah bislmillah, karena setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup."(HR. Bukhari Muslim)
baca selengkapnya “Menutup Pintu Saat Menjelang Malam”
Agar Dicintai Allah dan Manusia
12.47 | Author: Unknown
Dari Ibnu Abbas Sahl bin Sa’a As Sa’idi Radhialahu ‘anhu, ia berkata: “ Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu perbuatan yang jika aku mengerjakannya maka aku dicintai Allah dan dicintai manusia.’
Maka beliau bersabda,’Zuhudlah engkau terhadap dunia, niscaya Allah akan mencintaimua. Dan zuhudlah engkau terhadap apa yang ada pada (dicintai) manusia maka niscaya mereka akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah)

Suatu hari Rasulullah menghampiri sahabatnya, Ibnu Umar, dan memegang pundaknya. “Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir,” sabda Nabi Saw kepadanya. Ibnu umar kemudian menyambung, “ Jika engkau di waktu sore maka janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau di waktu pagi janganlah engkau menunggu sore. Dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakit serta waktu hidupmu sebelum mati.”
Ulama Al-‘Iz Ala’uddin bin Yahya bin Hubairah menjelaskan bahwa petikan dialog yang agung yang diriwayatkan Imam Bukhari ini merupakan taujih Rasulullah kepada umatnya tentang hakikat hidup manusia di dunia dan bagaimana cara menjalaninya. Buku manual dari Allahlah yang semestinya selalu menjadi rujukan manusia.
Inti pesannya, begitu sementaranya hidup ,manusia ini, sampai disamakan dengan sebuah perjalanan, ada awalnya, ada saat terjadinya, dan ada saat berakhirnya, serta ada kelanjutan perjalanan berikutnya yang lebih kekal yakni akhirat. Dengan kata lain, dipanggung kehidupan hanya tempat singgah (mampir).
Hakikat persinggahan dalam rentang kehidupan yang mereka jalani itu harus betul-betul disadari dan dimanfaatkan sebaik mungkin, sebab lakon mereka di dunia hanya akan berlangsung singkat. Itupun Cuma untuk mengumpulkan bekal, bukan untuk bersenang-senang.
Jadi seyogyanya manusia menjalani hidup secara proporsional, yakni dengan senantiasa menjadikan akhirat sebagai sentral kehidupan. Jangan sampai keliru, si satu sisi status hakikatnya hanya sebagai orang singgah, tapi sikap dan kipranya malah didorong agar seperti orang yang akan tinggal lama di dunia.
Untuk itu, mereka tidak boleh asyik bermain-main dengan berbagai aspek duniawi yang berhasil ditemukan dan dikuasai selama hidup. Tetapi mereka harus bisa menaklukkan dunia, memilikinya serta meraih berbagai prestasinya untuk dijadikan jembatan menuju akhirat.
Kalau hal itu bisa dijalani, yakni hidup bergulat dengan dunia tapi untuk tujuan akhirat, maka seperti sudah terbukti dalam janji Allah, mereka akan mendapatkan keuntungan untuk akhirat dan sekaligus untuk di dunia itu sendiri. Mereka sukses kedua-duanya.
Tetapi jika tidak, didunia mereka pasti sengsara karena kenikmatan yang dikecapnya hanyaberlangsung sesaat. Di akhirat tentu saja mereka akan lebih menderita karena siksa yang berkepanjangan.
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak sadar akan) pertemuan dengan Kami (akhirat) dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami, mereka itu tempatnya adalah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka -kerjakan.”(Yunus:7-8)
Sayangnya kenbanyakan manusia justru menjalankan kiprah hidup yang sebaliknya. Mereka mengabaiakan tujuan peranatauannya ke akhirat dan sekaligus merasa betah di dunia dengan segala macam kenikmatannya. Sebagian besar waktu, tenaga, pikiran dan berbagai sumber daya kehidupan mereka lainnnya dikerahkan hanya untuk mengejar kesengan duniawi. Perhatian, emosi, pengorbanan dan semua aspek kejiwaan mereka juga hanya terfokus pada bagaiamana mencari kenikmatan dan kepuasan nafsu.
Padahal, seperti dikatakan Abu Hasan ‘Ali bin Khalaf dalam Syarah Bukhari, yang namanya orang asing atau musafir itu tidak akan terlalu betah berada ditempat persinggahannya. Hatinya tidak akan terpaut dan jatuh cinta apalagi menyatu dengan persinggahannya, karena ia sadar bukan itu tempat tujuannya.
Sebaliknya, ia selalu merindukan tujuan akhir dari perjalanannya serta berusaha mempersiapkan bekal yang semestinya untuk sampai ke sana, karena ia yakin itulah sebaik-baiknya tempat.
“Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapatkan (balasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampong akhirat adalah lebih baik adan itulah sebaik-baiknya tempay bagii orang yang bertakwa.”(QS. An Nahl: 30)
Orang-orang yang berhasil menghayati perannya di dunia fana ini sebagai musafir tidak lain ialah orang-orang yang zuhud. Dengan demikian, untuk mendapatkan kemulian tertinggi dalam hidup, yakni dicintai (diridhai) Allah dan manusia, maka cara yang harus ditempuh adalah dengan menghayati dan menjalani hidup sebagai seorang musfir. Musafir yang selalu merenungkan nasihat khalifah Ali:
“Dunia berjalan meninggalkan manusia
Sedangkan akhirat berjalan menjemputnya.
Masing-masing punya penggemar,
Karena itu jadilah kamu penggemar akhirat,
Jangan jadi penggemar dunia.
Sesungguhnya hidup saat ini
Adalah masa beramal bukan masa peradilan
Dan esok adalah masa pengadilan bukan masa beramal.”
baca selengkapnya “Agar Dicintai Allah dan Manusia”
3 Golongan Hati Manusia
19.03 | Author: Unknown
1. Hati Yang Sakit (Qolbun Maridh)
    Ciri-ciri orang yang memiliki hati yang sakit, tak ubahnya seperti gelas kusam yang berisikan air keruh. Jangankan sebutir debu  yang mencemarinya, paku payung, jarum, silet atau patahan cutter sekalipun yang masuk, tidak akan terlihat.
    Orang yang menderita Qolbun Maridh akan sulit menilai secara jujur apa pun yang nampak di depannya. Melihat orang yang sukses timbul iri dengki; mendapati kawan memperoleh karunia rezeki, timbul resah dan benci; dihadapkan pada siapa pun yang memiliki kelebihan, hatinya akan berkeinginan untuk menyelediki aib dan kekurangannya. Bila sudah ditemukan, ia akan merasa puas dan gembira. Ibarat menemukan barang berharga, ia kemudian menyebarkan aib dan kekurangan itu kepada siapa saja. Ini semua dilakukan agar kelebihan yang ia temukan pada orang tersebut akan tenggelam. Na’udzubillah.
    Pantaslah kalau Rasulullah Saw pernah bersabda,
“Ingatlah, dalam tubuh manusia ado segumoal daging, bila ia baik maka, akan baiklah seluruh tubuh, akan tetapi bila ia rusak, maka akan rusak pula tubuh itu seluruhnya. Segumpal daging itu adalah qolbu (hati).” (HR. Bukhari Muslim)
    Adapun ciri lainnya dari hati yang sakit adalah, cenderung menyukai makanan rohani yang memberinya mudharat. Sebaliknya, ia enggan cenderung dan menerima santapan rohani yang bermanfaat. Walhasil, hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit.
    Di dalam Qolbun Maridh, terdapat muhabbah; kecintaan kepada Allah dan keimanan, keikhlasan serta tawakal kepada-Nya. Di sisi lain, terdapat rasa cinta terdapat hawa nafsu, ketamakan untuk meraih kesenangan, mementingkan kehidupan di dunia dan lain sebagainya.

2. Hati Yag Mati (Qolbun Mayyit)
    Hati yang mati tak ubahnya seperti jasad yang tidak bernyawa. Kendati dicubit, dipukul bahkan diiris sekalipun, ia tidak akan merasakan apa-apa. Bagi orang yang hatinya sudah mati, saat melakukan perbuatan baik atau buruk, dirasakannya sebagai hal yang biasa-biasa saja; tidak memiliki nilai sama sekali. Bahkan ia akan merasa bangga dengan masa lalunya yang selalu dipenuhi perbuatan buruk; mencuri, berzina, menipu dan sebagainya. Kalaupun ia berbuat kebaikan sekecil apa pun, itu hanya akan membangkitkan rasa bangga diri, rindu pujian serta penuh ujub dan takabur.
Ciri utama pemilik Qolbun Mayyit adalah menolak kebenaran dari Allah Azza wa Jalla dan selalu gemar berlaku dzalim terhadap sesama.
“Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya lalu ia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya kami telah meletakkan tutupan diatas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka. Dan kendatipun kami menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (QS. Al Kahfi [18]:57)
    Dalam surat lain Allah Swt., berfirman:
“Allah telah menutup hati dan pendengaran mereka, dan pada penglihatan mereka ado penutup;  dan bagi mereka azab yang berat.” (QS. Al Baqarah [2]:7)
    Dengan demikian, hati yang mati adalah yang mati tidak mengenal Tuhannya. Hati seperti  ini menurut Dr. Ahmad Faridh dalam bukunya Tazkiyah an Nufus, senantiasa berada dan berjalan bersama hawa nafsunya, walaupun itu dibenci dan dimurkai Allah Azza wa Jall. Ia sama sekali tidak peduli apakah Allah ridha kepadanyaatau tidak. Pendek kata, ia telah berhamba kepada selain Allah. Bila mencintai sesuatu, ia membencinya karena hawa nafsunya dan bila membenci sesuatu, ia membencinya kerena hawa nafsunya. Begitu pula apabila ia menolak atau mencegah sesuatu.

3. Hati Yang Sehat (Qolbun Shahih)
Seseorang yang memiliki hati yang sehat, tak ubahnya dengan memiliki tubuh yang sehat. Ia akan berfungsi optimal. Ia akan mampu memilih dan memilah setiap rencana atas suatu tindakan, sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar-benar sudah melewati perhitungan yang jitu, berdasarkan hati nurani yang bersih.
Diantara ciri orang yang hatinya sehat adalah hidupnya diselimuti muhabbah (kecintaan) dan tawakal kepada Allah. Tidak usah heran manakala mencintai sesuatu, maka cintanya semata-mata kerena Allah. Dengan begitu, ia tidak akan berlebihan mencintai makhluk. Demikian pula bila ia membenci sesuatu maka ia akan membencinya karena Allah semata, sehingga kebenciaannya itu tidak akan membuatnya tergelincir ke dalam perbuatan dosa dan aniaya. Sebaliknya, ini bisa menjadi ladang pahala.
Semakin bersih hati, hidupnya selalu akan  diselimuti rasa syukur. Dikaruniai apa pun, kendati sedikit, ia tidak akan habis-habisnya meyakinibahwa semua yang diterima adalah titipan Allah semata, sehingga amat jauh dari sifat ujub dan takabur. Persis seperti ucapan yang telontar dari lisan Nabi Sulaiman a.s. tatkala dirinya dianugerahi Allah berbagai kelebihan,
“…..ini adalah karunia dari Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau ingkar (nikmat)…..”(QS. An Naml [27]: 40).
Suatu saat Allah menimpakan ujian dan bala. Bagi orang yang hatinya bersih, semua itu tidak kalah terasa nikmatnya. Ujian dan persoalan yang menimpa, justru akan membuatnya kian merasakan indahnya hidup ini. Orang yang mengenal Allah dengan baik-berkat hati yang bersih-akan memiliki keyakinan; ujian adalah salah satu perangkat kasih sayang Allah unutk membuat seseorang semakin matang dan dewasa.
Persoalan yang datang justru akan membuatnya semakin bertambah ilmu, dan lewat “persoalan” itu pula, amalnya akan bertambah. Ia tidak akan merasa resah, kecewa dan berkeluh kesah. Ia menyadari bahwa persoalan merupakan bagian yan harus di nikmati dalam hidup ini. Sikap seperti ini akan meningkatkan derajat sbagai hamba di hadapan Allah. Insya Allah.
Oleh karena itu, seseorang  yang hatinya sehat, ditimpa apapun dalam hidup ini, ia akan tetap teguh bagai air direlung lautan yang dalam; tidak akan terguncang walaupun ombak badai saling menerjang. Ibarat karang yag tegak tegar, dihantam ombak sadahsyat apa pun tidak akan roboh. Tidak ada putus asa, tidak ada keluh kesah berkepanjangan. Yang ada hanya kejernihan dan keindahan hati. Ia mata yakin dengan janji Allah,
“ Allah tiada membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…..”(QS. Al Baqarah [2]: 286).
disadur dari buku "Aku Bisa!" Manajemen Qolbu Untuk Melejitkan Potensi oleh Abdullah Gymnastiar
baca selengkapnya “3 Golongan Hati Manusia”